by AmoyShanghai
"Terima kasih banyak, Zam. Sebenarnya aku malu. Aku—" Azam menghapus rembasan air pada pipiku. "Hatiku perih kalau melihatmu menangis ...," gumamnya nyaris tak terdengar. "Kamu ngomong apa?" tanyaku. Mata kami saling mengunci hingga sekian detik. Jika saja Fito tidak bersuara, mungkin kami masih saling menatap. Aku sadar, tidak seharusnya kami seperti ini. "Tidak. Lupakan." "Azam ...," panggilku. "Ya," jawabnya. "Emm, kenapa kamu bersikap baik dengan kami?" "Jangan salah paham, ya. Aku hanya ing…
by comand_nanda
Hidupku menjadi suram karena tuntutan orang tua yang ingin aku masuk fakultas bisnis. Aku bahkan sampai ingin muntah setial kali membaca buku-buku bisnis. Hingga nilai UASku yang jeblok, membuat dosenku rela memanggil mahasiswa kesayangannya untuk mengajariku tetek-bengek tentang bisnis.Kesanku pertama kali saat bertemu dengannya asem manis sih. Tapi melihat salah satu tingkah ajaibnya entah kenapa menbuatku agak ilfeel. Iuhhh...
by saputranugroho
Aku menatap gerbang yang menjulang tinggi di hadapanku, dengan bermodal nekat akumemilih sekolah yang lumayan jauh dari rumahku. Dengan langkah yang tegak dan dagu di angkat akulangsung berjalan masuk ke dalam sekolah.Ah betapa tidak sekolah ini sekolah impian untuk di daerah kampung yang lumayan besarini. Murid yang banyak, sekolah yang memilki banyak ruangan hanya untuk tempatestrakuliner, ruang laboratorium, basket dan juga segala tetek bengek jenis olahraga.Suasana yang masih segar karena me…